Halaman

Selasa, 22 Desember 2009

Fingerprint Tes sebagai Pengganti Psikotes


Fingerprint Test dan Psikotes

Ada sebagian guru menanyakan pertanyaan ini, “apakah fingerprint test sebagai pengganti psikotes?”. Tentunya setiap alat bantu masing-masing memiliki kelebihan dan sekaligus kelemahan. Jadi psikotes juga masih tetap digunakan untuk membantu identifikasi terutama dalam hal Rekrutmen – Seleksi karyawan dan Penempatan Karyawan. Fingerprint Test tak mampu mengukur sikap terutama yang ada pengaruh pembentukannya dari lingkungan dimana individu berada. Oleh karena itu dalam seleksi dan penempatan karyawan PT. Smart Business Solution tetap menggunakan psikotes. Namun berkaitan dengan urusan karir dan pengembangan karyawan, informasi dari fingerprint test justru lebih banyak membantu dalam mengarahkan individu.

Fingerprint Test tak mampu mengukur tingkat stress individu, sikap optimis atau pesimis serta level daya juang individu, ketelitian, kecepatan kerja, keajegan kerja, serta kemampuan kerja calon karyawan. Oleh karena itu, kami melakukan 2 pengukuran ( fingerprint tes sebagai pengukur potensi bawaan dan psikotes untuk mengukur sikap sebagai pengaruh dari pendidikan dan lingkungan terhadap diri individu) dalam proses seleksi dan penempatan karyawan. Penggunaan kuesioner dan tes kemampuan kerja serta wawancara juga diperlukan untuk mengukur tingkat respon individu dan kemampuan kerjanya. Kami siapkan studi kasus untuk mengungkap kemampuan analisa dalam menyelesaikan masalah di pekerjaan ( tes kemampuan akuntansi, administrasi, sekretaris, dan studi kasus warehouse management, production management, human resources management, quality management, salesmanship, dll.). Melalui pendekatan ini diharapkan mampu mengukur potensi dan kemampuan serta kesiapan calon karyawan ketika ditempatkan di pekerjaan.

Kesimpulan yang didapat adalah Fingerprint tes memiliki keterbatasan dalam mengukur dampak lingkungan. Oleh karena itu dalam sessi konsultasi kami dapat memahami gejala penyimpangan manakala ada informasi yang kurang sesuai bagi individu. Seorang anak yang diidentifikasi extrovert melalui fingerprint analysis namun dalam kesehariaannya lebih banyak tertutup dan tidak bercerita serta jawaban yang diberikan seringkali sepotong-sepotong sehingga orang tuanya perlu menanyakan lebih detail. Pada akhir sessi konsultasi ternyata anak tersebut selalu diancam oleh pengasuhnya sehingga ia cenderung menjadi pendiam dan tertutup. Gejala yang nampak dari perilakunya adalah ia lebih banyak menundukkan kepalanya, gelengan kepala mendominasi responnya, ia tak mau menatap lawan bicara dan selalu berlindung dipunggung mamanya, sedangkan melalui fingerprint , ia anak yang mudah bergaul.

Fingerprint tes mampu mengidentifikasi potensi dexterity sehingga individu memiliki ketahanan yang baik bila bekerja dengan ketrampilan tangan. Ia memiliki potensi tahan terhadap pekerjaan menulis atau administrasi tetapi psikotes dibutuhkan untuk mengukur tentang ketelitian kerja individu. Jumlah latihan dan pengalaman tentunya berpengaruh terhadap hasil kerja yang teliti. Oleh karena itu masing-masing alat bantu identifikasi memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Pengukuran psikotes bisa berubah dalam kurun waktu yang cukup lama karena ada faktor pengaruh lingkungan yang turut membentuk sikap individu.

moga informasi ini bermanfaat untuk meluruskan pandangan yang keliru selama ini.

salam sukses selalu
Drs.Psi.Reksa Boeana
Executive Partner Smart Business Solution.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar